Kamis, 06 Februari 2014

Don’t You Dare Touch My Food

i do not share my food. if you try to snatch my food, i’ll scream “NDAK BOYEEEE!!!” so you understand that i’m serious.      
       A few days ago, a friend of mine happened to visit Jakarta and we made plan to meet up. For old time’s sake, jadilah kita bertemu dalam sebuah kesempatan, di sebuah tempat makan di daerah Panglima Polim. Berbicara tentang makan, seperti yang kita semua ketahui, gue ini makannya banyak. Dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan gue biasanya memang dianugrahi kemampuan untuk menelan apapun yang tersedia dihadapan gue. Mengerikan? Memalukan sih ya lebih tepatnya. Hyuks.

       Back to the topic, sore itu saat pergi dengan si Teman, I haven’t meet him for a long time, so I have no idea what kind of guy he is (terakhir ketemu kan masih belia, sekarang kan kita berada di umur 20an, masuk kategori dewasa madya penuh dosa). Jadilah karena memang tempat makan itu favorite gue, dengan oke nya gue memesan makanan sesuka hati. Menurut gue normal, 1 main course dan 1 side dish. Normal kan, normal?

       At the same time, pas gue mesen makanan yang gue mau, si Teman berkata; “itu pesenan buat lu aja, Van? Sebenernya sih ini udah agak sore gini, gue gak makan gitu banyak. Kita share aja mau gak?”. Dalam hati sih menolak dengan tegas, yang keluar dimulut: “Oh, oke2”. Gak berapa lama datanglah makanan yang gue pesan, main course nya udah terbagi 2 dengan baik, side dish nya ya tinggal comot2 lah. Gue memandang ke arah piring bagian gue, dalam hati; “Yakeleus, makanan segini doang mah cuman ngeledek doang, baeklah side dishnya lumayan banyak”. Belom kelar gue mandangin piring bagian gue, si Teman udah ngomong aja dong; “duh, ini side dish nya banyak banget ya Van, bisa gendut nih kalo udah jam segini makan banyak banget, abis”. Jadi begitulah, at that time gue baru sadar kalo si Teman ini tipikal pria terawat, yang sangat menjaga makanannya, dan tentunya banyak berolahraga. Sedih loh, pasalnya terakhir berjumpa kita masih nongkrong di tukang Bakmi Bangka dan masih mengunyah bakmi plus pangsit dan bakso goreng tanpa dosa, entah apalah yang menjadikan si Teman ini berubah drastis. I’m like ... “dude, did anyone inject you with estrogen? You talk (and eat) like a girl”.  But anyway, that’s a good thing. Living healthy life, righty? Subsequently I understood, when he said “wah lu makannya banyak ya, Van”. He’s the kind of -calorie count- eater kind of person.

       Kisah paling pilu pada hari itu adalah ketika si Teman tidak menghabiskan jatah makanannya (yang seharusnya milik gue). Dear, if you really want to share food with me, please don’t make them wasted. Kan kalo itu semua ada di piring gue, sudah dapat dipastikan semuanya bakal gue abisin. Hih! I’ll never share my food to the person like that anymore. For you all, don’t you dare touch my food if you don’t really mean it. Luckily that time went fast. Yes, we’ll still be friends and of course we can meet up again. But, I prefer not to have brunch, or lunch, or dinner with you. You eat your protein bar on your own and I eat my batagor-sate padang-soto daging-puding coklat-es krim on my own. Nobody gets hurt.
“Jangan pegang-pegang makanan akuh. Gigit nih ya. Gigit.” - Ivana Kurniawati Harsono
       Anw, judul diatas terinspirasi dari lagu Adhitia Sofyan yang judulnya Don’t You Dare Touch My Kerupuk (gils kan, selain easy listening, gak cuma judul, liriknya pun tentu saja ajaib). Bagi yang belom tau siapa Adhitia Sofyan yang dimaksud, dia adalah salah satu penyanyi Indonesia yang boleh dikatakan Genius. He made all of his song and album by him self. Meskipun dibikin sendiri, karya nya gak bisa dianggap sepele. Keren deh pokoknya. I know him about a year ago from @NugrahaSutomo (Kalo ini teman baik sejak kecil, yang punya selera musik sejenis. Jomblo lucu asli Jawa-Padang yang berdomisili di Brisbane. Monggo wanita2, di follow. Siapa tau berjodoh.)

And here’s for you all yang mau menikmati karya-karya dari Adhitia Sofyan.